Hariku, Hakku
Oleh: dr. Tendry Septa,
Sp.KJ (K), Dokter Spesialis Jiwa Konsultan Anak dan Remaja
RS Jiwa Daerah Provinsi
Lampung
Hari ini, tanggal 20 November 2025, merupakan Hari Kesehatan Anak Sedunia bertemakan My Day, My Right, Hariku Adalah Hakku. Yang dimaksudukan di sini, hariku adalah hakku adalah hari-hari si anak berdasarkan perkembangan fisik dan mentalnya. Dalam konteks tumbuh kembang, para ahli sering membagi usia anak 6 hingga 12 tahun menjadi tiga fase utama:
1. Usia 6 sampai 8,
2. Usia 8 sampai 10,
3. Usia 10 sampai 12.
Pendekatan
pembagian tadi dibagi lagi dalam beberapa teori, yang berkaitan dengan
perkembangan fisik kognitif atau berfikir, perkembangan emosional, kemudian
perkembangan coping mechanism (pertahanan mental anak) dan ego
strenght. Fase-fase usia tersebut 6 sampai 12 tahun adalah fase yang
penting karena merupakan bagian dasar fondasi perkembangan anak selanjutnya. Usia 6–12 tahun adalah periode emas yang
menentukan bagaimana seorang anak:
- menghadapi
tekanan,
- memecahkan
masalah,
- memahami
emosinya,
- serta
berinteraksi dengan lingkungan.
Di fase ini berkembang dua kemampuan penting
1. Ego Strength (Kekuatan Ego)
Yaitu kemampuan anak menghadapi tekanan, stres, kegagalan, dan tantangan
hidup.
Jika ego strength tidak berkembang optimal, anak berpotensi
kesulitan menghadapi tekanan ketika dewasa. Sedangkan
kita tahu, hidup itu pasti ada tekanan atau distress
2. Coping Mechanism (Mekanisme Pertahanan Mental)
Anak belajar bagaimana caranya:
- menenangkan
diri,
- mencari
solusi,
- menghadapi
konflik,
- dan menata
emosinya.
Penting dipahami bahwa coping mechanism tidak bisa diajarkan
secara instruktif, tetapi terbentuk melalui pola asuh orang tua,
terutama dalam interaksi sehari-hari.
Orang tua yang overly strict (sangat perfeksionis, narsistik, atau terlalu
menuntut) dapat secara tidak sadar membuat anak mengembangkan mekanisme
bertahan tidak sehat yang dibawa terus dalam
perkembangannya dan kemudian dalam kehidupan sehari-hari akan banyak ia temukan
benturan-benturan sehingga akan menjadi distress.
Fase
Perkembangan Anak 6–12 Tahun
1.
Usia 6–8 Tahun: Mulai
Mengenal Dunia
Pada fase usia 6-8 tahun anak belum bisa membedakan mana yang fisiologis dan patologis,
belum memahami sepenuhnya konsekuensi dari tindakannya, tetapi sudah mulai
memiliki keinginan, rasa ingin tahu, dan inisiatif. Pada
saat usia 6-8 tahun tersebut ada tekanan dan lain-lain yang kemudian dalam
penyelesaian oleh si anak tersebut tidak sesuai dengan umurnya, umur mentalnya,
cara penyelesaian seperti apa, itu akan berpengaruh ke selanjutnya. Fase si
anak yang belum bisa membedakan tadi, dia akan mencoba. Pada saat dia melakukan
kesalahan lalu orang tua mendekatinya dengan pola asuh yang menekan, akan berdampak
pada si anak yaitu tidak mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah
itu sendiri.
2.
Usia
8–10 Tahun: Emosi Meningkat, Mulai Membentuk Keyakinan Diri
Pada usia ini emosi, keinginan, dan pendapat
anak semakin kuat. Anak mulai yakin bahwa apa yang ia pikirkan benar, tetapi belum
benar-benar memahami konsekuensi jangka Panjang. Sayangnya, banyak orang
tua salah memahami fase ini sebagai: “Anak mulai melawan”, “anak nakal”, atau
“anak membantah”. Keinginan tersebut harusnya tidak
ditekan tapi oleh orang tua belajar untuk mendengarkan kemudian mengajak
komunikasi, berkomunikasi atau memberikan penjelasan dengan anak tersebut
berdasarkan usia fisik atau mentalnya. Jadi jangan berdasarkan pikiran dari
orang tua. Misalkan kalau kamu begini-begini apalagi tidak memberikan alasan.
3.
Usia 10–12 Tahun: Gerbang Menuju Remaja
Fase ini ditandai dengan: perkembangan
hormonal, perubahan fisik, dan pembentukan karakter awal remaja. Anak laki-laki
dan perempuan mulai menunjukkan perbedaan perkembangan yang semakin jelas. Pada
tahap ini orang tua berperan penting dalam memberi arahan mengenai identitas
gender, interaksi sosial, batasan diri, dan tanggung jawab. Pada fase ini tugas orang tua adalah menguatkan, bukan mengambil alih. Biarkan
anak mengembangkan copy mecanism dan ego strengh yang memang ia
bawa dari awal. Diskusi intens, komunikasi terbuka, dan pendampingan sesuai
usia adalah hal yang paling dibutuhkan.
“Hariku adalah Hakku”: Mengapa Sangat Penting?
UNICEF menekankan bahwa setiap hari adalah hak anak—hak untuk:
- berkembang
sesuai tahap usianya,
- merasakan
pengalaman yang sesuai kapasitas mentalnya,
- membangun
identitas diri,
- mendapatkan
interaksi hangat di rumah,
- bersekolah
dalam lingkungan yang suportif,
- dan tumbuh
dalam negara yang melindungi hak-haknya.
Karena itu, pemenuhan hak anak tidak hanya menjadi tugas keluarga,
tetapi:
- lingkungan
sekitar,
- sekolah,
- dan negara.
Anak berinteraksi paling banyak dengan keluarga, maka pola asuh
keluarga menjadi fondasi utama pembentukan karakter dan mental anak pada
usia 6–12 tahun.
Tema “My Day, My Right – Hariku adalah Hakku” mengingatkan kita
bahwa:
- Setiap hari
dalam hidup anak mengandung hak yang harus dihormati.
- Pada usia 6 sampai 12 tahun adalah
fase yang penting karena merupakan bagian dasar fondasi perkembangan anak
selanjutnya.
- Pola asuh
orang tua memiliki dampak besar terhadap perkembangan emosi dan mental
anak.
- Lingkungan
rumah, sekolah, dan negara perlu bekerja sama agar hak-hak anak terpenuhi
berdasarkan usia fisik dan mentalnya.
Dengan pemahaman yang benar, kita dapat memastikan anak Indonesia tumbuh
menjadi generasi yang kuat secara emosional, sehat secara mental, dan tangguh
menghadapi kehidupan.
