Hariku, Hakku

  • 14:39 WIB
  • 20 November 2025
  • Humas
  • Dilihat 34 kali
Hariku, Hakku

Hariku, Hakku

Oleh: dr. Tendry Septa, Sp.KJ (K), Dokter Spesialis Jiwa Konsultan Anak dan Remaja

RS Jiwa Daerah Provinsi Lampung

 

Hari ini, tanggal 20 November 2025, merupakan Hari Kesehatan Anak Sedunia bertemakan My Day, My Right, Hariku Adalah Hakku. Yang dimaksudukan di sini, hariku adalah hakku adalah hari-hari si anak berdasarkan perkembangan fisik dan mentalnya. Dalam konteks tumbuh kembang, para ahli sering membagi usia anak 6 hingga 12 tahun menjadi tiga fase utama:

1. Usia 6 sampai 8,

2. Usia 8 sampai 10,

3. Usia 10 sampai 12.

Pendekatan pembagian tadi dibagi lagi dalam beberapa teori, yang berkaitan dengan perkembangan fisik kognitif atau berfikir, perkembangan emosional, kemudian perkembangan coping mechanism (pertahanan mental anak) dan ego strenght. Fase-fase usia tersebut 6 sampai 12 tahun adalah fase yang penting karena merupakan bagian dasar fondasi perkembangan anak selanjutnya. Usia 6–12 tahun adalah periode emas yang menentukan bagaimana seorang anak:

  • menghadapi tekanan,
  • memecahkan masalah,
  • memahami emosinya,
  • serta berinteraksi dengan lingkungan.

Di fase ini berkembang dua kemampuan penting

1. Ego Strength (Kekuatan Ego)

Yaitu kemampuan anak menghadapi tekanan, stres, kegagalan, dan tantangan hidup.
Jika ego strength tidak berkembang optimal, anak berpotensi kesulitan menghadapi tekanan ketika dewasa. Sedangkan kita tahu, hidup itu pasti ada tekanan atau distress

2. Coping Mechanism (Mekanisme Pertahanan Mental)

Anak belajar bagaimana caranya:

  • menenangkan diri,
  • mencari solusi,
  • menghadapi konflik,
  • dan menata emosinya.

Penting dipahami bahwa coping mechanism tidak bisa diajarkan secara instruktif, tetapi terbentuk melalui pola asuh orang tua, terutama dalam interaksi sehari-hari.
Orang tua yang overly strict (sangat perfeksionis, narsistik, atau terlalu menuntut) dapat secara tidak sadar membuat anak mengembangkan mekanisme bertahan tidak sehat yang dibawa terus dalam perkembangannya dan kemudian dalam kehidupan sehari-hari akan banyak ia temukan benturan-benturan sehingga akan menjadi distress.

 

Fase Perkembangan Anak 6–12 Tahun

1.       Usia 6–8 Tahun: Mulai Mengenal Dunia

Pada fase usia 6-8 tahun anak belum bisa membedakan mana yang fisiologis dan patologis, belum memahami sepenuhnya konsekuensi dari tindakannya, tetapi sudah mulai memiliki keinginan, rasa ingin tahu, dan inisiatif. Pada saat usia 6-8 tahun tersebut ada tekanan dan lain-lain yang kemudian dalam penyelesaian oleh si anak tersebut tidak sesuai dengan umurnya, umur mentalnya, cara penyelesaian seperti apa, itu akan berpengaruh ke selanjutnya. Fase si anak yang belum bisa membedakan tadi, dia akan mencoba. Pada saat dia melakukan kesalahan lalu orang tua mendekatinya dengan pola asuh yang menekan, akan berdampak pada si anak yaitu tidak mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah itu sendiri.

 

2.       Usia 8–10 Tahun: Emosi Meningkat, Mulai Membentuk Keyakinan Diri

Pada usia ini emosi, keinginan, dan pendapat anak semakin kuat. Anak mulai yakin bahwa apa yang ia pikirkan benar, tetapi belum benar-benar memahami konsekuensi jangka Panjang. Sayangnya, banyak orang tua salah memahami fase ini sebagai: “Anak mulai melawan”, “anak nakal”, atau “anak membantah”. Keinginan tersebut harusnya tidak ditekan tapi oleh orang tua belajar untuk mendengarkan kemudian mengajak komunikasi, berkomunikasi atau memberikan penjelasan dengan anak tersebut berdasarkan usia fisik atau mentalnya. Jadi jangan berdasarkan pikiran dari orang tua. Misalkan kalau kamu begini-begini apalagi tidak memberikan alasan.

 

3.        Usia 10–12 Tahun: Gerbang Menuju Remaja

Fase ini ditandai dengan: perkembangan hormonal, perubahan fisik, dan pembentukan karakter awal remaja. Anak laki-laki dan perempuan mulai menunjukkan perbedaan perkembangan yang semakin jelas. Pada tahap ini orang tua berperan penting dalam memberi arahan mengenai identitas gender, interaksi sosial, batasan diri, dan tanggung jawab. Pada fase ini tugas orang tua adalah menguatkan, bukan mengambil alih. Biarkan anak mengembangkan copy mecanism dan ego strengh yang memang ia bawa dari awal. Diskusi intens, komunikasi terbuka, dan pendampingan sesuai usia adalah hal yang paling dibutuhkan.

“Hariku adalah Hakku”: Mengapa Sangat Penting?

UNICEF menekankan bahwa setiap hari adalah hak anak—hak untuk:

  • berkembang sesuai tahap usianya,
  • merasakan pengalaman yang sesuai kapasitas mentalnya,
  • membangun identitas diri,
  • mendapatkan interaksi hangat di rumah,
  • bersekolah dalam lingkungan yang suportif,
  • dan tumbuh dalam negara yang melindungi hak-haknya.

Karena itu, pemenuhan hak anak tidak hanya menjadi tugas keluarga, tetapi:

  • lingkungan sekitar,
  • sekolah,
  • dan negara.

Anak berinteraksi paling banyak dengan keluarga, maka pola asuh keluarga menjadi fondasi utama pembentukan karakter dan mental anak pada usia 6–12 tahun.

Tema “My Day, My Right – Hariku adalah Hakku” mengingatkan kita bahwa:

  • Setiap hari dalam hidup anak mengandung hak yang harus dihormati.
  • Pada usia 6 sampai 12 tahun adalah fase yang penting karena merupakan bagian dasar fondasi perkembangan anak selanjutnya.
  • Pola asuh orang tua memiliki dampak besar terhadap perkembangan emosi dan mental anak.
  • Lingkungan rumah, sekolah, dan negara perlu bekerja sama agar hak-hak anak terpenuhi berdasarkan usia fisik dan mentalnya.

Dengan pemahaman yang benar, kita dapat memastikan anak Indonesia tumbuh menjadi generasi yang kuat secara emosional, sehat secara mental, dan tangguh menghadapi kehidupan.


250

Post Berita

Post Terbaru

Hariku, Hakku
  • 18 jam yang lalu
  • Dilihat 35 kali
Seminar Pola Asuh Anak dan Remaja
  • 1 hari yang lalu
  • Dilihat 9 kali